Jumat, 05 Desember 2014

Sejarah Yogyakarta

Sejarah Yogyakarta
Mataram Hindu (Abad ke-10 Masehi)
Meskipun hilang dari catatan sejarah sejak berpindahnya pusat pemerintahan Kerajaan Medang pada abad ke-10 ke timur, wilayah lembah di selatan Gunung Merapi sejak abad ke-15 tetap dihuni banyak orang dan konon menjadi bagian dari kawasan yang disebut sebagai Pengging. Dalam kronik perjalanannya, Bujangga Manik, seorang pangeran pertapa dari Kerajaan Sunda pernah melewati wilayah ini, tetapi tidak menyebut nama "Yogya" atau yang bermiripan.

Mataram Islam (1575 - 1620)
Cikal-bakal kota Yogya adalah kawasan Kotagede, sekarang menjadi salah satu kecamatan di Kota Yogyakarta. Keraton penguasa Mataram Islam pertama, Panembahan Senapati (Sutawijaya), didirikan di suatu babakan yang merupakan bagian dari hutan Mentaok (alas Mentaok). Kompleks tertua keraton ini sekarang masih tersisa sebagai bagian batu benteng, pemakaman, dan masjid. Setelah sempat berpindah dua kali (di keraton Pleret dan keraton Kerta, keduanya berada di wilayah Kabupaten Bantul), pusat pemerintahan Kesultanan Mataram beralih ke Kartasura.
Sejarah Yogyakarta
Setelah Perjanjian Giyanti (1745 - 1945)
Sejarah kota memasuki babak baru menyusul ditandatanganinya Perjanjian Giyanti antara Sunan Pakubuwono III, Pangeran Mangkubumi (yang dinobatkan menjadi Sultan Hamengkubuwono I, dan VOC pada 13 Februari 1755. Perjanjian ini membagi dua Mataram menjadi Mataram Timur (yang dinamakan Surakarta) dan Mataram Barat (yang kemudian dinamakan Ngayogyakarta)

Yogyakarta sebagai pusat pemerintahan politik baru secara resmi berdiri sejak Pangeran Mangkubumi (Sultan Hamengkubuwono I) mengakhiri pemberontakan yang dipimpinnya, mendapat wilayah kekuasaan separuh wilayah Mataram yang tersisa, dan diizinkan mendirikan keraton di tempat yang dikenal sekarang. Tanggal wisuda keraton ini, 7 Oktober 1756, kini dijadikan sebagai hari jadi Kota Yogyakarta.

Perluasan kota Yogyakarta berjalan secara cepat. Perkampungan-perkampungan di luar tembok keraton dinamakan menurut kesatuan pasukan keraton, seperti Patangpuluhan, Bugisan, Mantrijeron, dan sebagainya. Selain itu, dibangun pula kawasan untuk orang-orang berlatar belakang non-pribumi, seperti Kotabaru untuk orang Belanda dan Pecinan untuk orang Tionghoa. Pola pengelompokan ini merupakan hal yang umum pada abad ke-19 sampai abad ke-20, sebelum berakhirnya penjajahan. Banyak di antaranya sekarang menjadi nama kecamatan di dalam wilayah kota.

Terdapat situs-situs tua yang tinggal puing, khususnya yang didirikan pada masa awal tetapi kemudian diterlantarkan karena rusak akibat gempa besar yang melanda pada tahun 1812, seperti situs tetirahan Warungboto, yang didirikan oleh Sultan Hamengkubuwana II dan situs Taman Sari di dalam tembok keraton yang didirikan Sultan Hamengkubuwana I. Pasar Beringharjo sudah dikenal sebagai tempat transaksi dagang sejak keraton berdiri, namun bangunan permanennya baru didirikan pada awal abad ke-20 (1925).

Paruh kedua abad ke-19 merupakan masa pemodernan kota. Stasiun Lempuyangan pertama dibangun dan selesai 1872. Stasiun Yogyakarta (Tugu) mulai beroperasi pada tanggal 2 Mei 1887. Yogyakarta di awal abad ke-20 merupakan kota yang cukup maju, dengan jaringan listrik, jalan untuk kereta kuda dan mobil cukup panjang, serta berbagai hotel serta pusat perbelanjaan (Jalan Malioboro dan Pasar Beringharjo) telah tersedia. Perkumpulan sepak bola lokal, PSIM, didirikan pada tanggal 5 September 1929 dengan nama Perserikatan Sepak Raga Mataram.
Sejarah Yogyakarta
Masa Revolusi (1945 - 1950)
Kota Yogyakarta juga memainkan percaturan politik sejarah Indonesia, pada 4 Januari 1946, Pemerintah Republik Indonesia memutuskan untuk memindahkan Ibu kota dari Jakarta ke Yogyakarta setelah Belanda dengan Sekutu melancarkan serangan ke Indonesia. Kota ini juga menjadi saksi atas Agresi Militer Belanda II pada 19 Desember 1948, yang pada akhirnya dapat diduduki Belanda, serta Serangan Umum 1 Maret 1949 yang berhasil mneguasai Yogyakarta selama 6 jam.

Senin, 01 Desember 2014

Pantai Siung Gunung Kidul

Pantai Siung terletak di sebuah wilayah terpencil di Kabupaten Gunung Kidul, tepatnya sebelah selatan kecamatan Tepus. Jaraknya sekitar 70 km dari pusat kota Yogyakarta, atau sekitar 2 jam perjalanan. Menjangkau pantai ini dengan sepeda motor atau mobil menjadi pilihan banyak orang, sebab memang sulit menemukan angkutan umum. Colt atau bis dari kota Wonosari biasanya hanya sampai ke wilayah Tepus, itupun mesti menunggu berjam-jam.

Stamina yang prima dan performa kendaraan yang baik adalah modal utama untuk bisa menjangkau pantai ini. Maklum, banyak tantangan yang mesti ditaklukkan, mulai dari tanjakan, tikungan tajam yang kadang disertai turunan hingga panas terik yang menerpa kulit saat melalui jalan yang dikelilingi perbukitan kapur dan ladang-ladang palawija. Semuanya menghadang sejak di Pathuk (kecamatan pertama di Gunung Kidul yang dijumpai) hingga pantainya.


Seolah tak ada pilihan untuk lari dari tantangan itu. Jalur Yogyakarta - Wonosari yang berlanjut ke Jalur Wonosari - Baron dan Baron - Tepus adalah jalur yang paling mudah diakses, jalan telah diaspal mulus dan sempurna. Jalur lain melalui Yogyakarta - Imogiri - Gunung Kidul memiliki tantangan yang lebih berat karena banyak jalan yang berlubang, sementara jalur Wonogiri - Gunung Kidul terlalu jauh bila ditempuh dari kota Yogyakarta.

Seperti sebuah ungkapan, "bersakit-sakit dahulu bersenang-senang kemudian", begitulah kiranya perjalanan ke Pantai Siung. Kesenangan, kelegaan dan kedamaian baru bisa dirasakan ketika telah sampai di pantai. Birunya laut dan putihnya pasir yang terjaga kebersihannya akan mengobati raga yang lelah.Tersedia sejumlah rumah-rumah kayu di pantai, tempat untuk bersandar dan bercengkrama sambil menikmati indahnya pemandangan.

Satu pesona yang menonjol dari Pantai Siung adalah batu karangnya. Karang-karang yang berukuran raksasa di sebelah barat dan timur pantai memiliki peran penting, tak cuma menjadi penambah keindahan dan pembatas dengan pantai lain. Karang itu juga yang menjadi dasar penamaan pantai, saksi kejayaan wilayah pantai di masa lampau dan pesona yang membuat pantai ini semakin dikenal, setidaknya di wilayah Asia.

Batu karang yang menjadi dasar penamaan pantai ini berlokasi agak menjorok ke lautan. Nama pantai diambil dari bentuk batu karang yang menurut Wastoyo, seorang sesepuh setempat, menyerupai gigi kera atau Siung Wanara. Hingga kini, batu karang ini masih bisa dinikmati keindahannya, berpadu dengan ombak besar yang kadang menerpanya, hingga celah-celahnya disusuri oleh air laut yang mengalir perlahan, menyajikan sebuah pemandangan dramatis.

Karang gigi kera yang hingga kini masih tahan dari gerusan ombak lautan ini turut menjadi saksi kejayaan wilayah Siung di masa lalu. Menurut cerita Wastoyo, wilayah Siung pada masa para wali menjadi salah satu pusat perdagangan di wilayah Gunung Kidul. Tak jauh dari pantai, tepatnya di wilayah Winangun, berdiri sebuah pasar. Di tempat ini pula, berdiam Nyai Kami dan Nyai Podi, istri abdi dalem Kraton Yogyakarta dan Surakarta.

Sebagian besar warga Siung saat itu berprofesi sebagai petani garam. Mereka mengandalkan air laut dan kekayaan garamnya sebagai sumber penghidupan. Garam yang dihasilkan oleh warga Siung inilah yang saat itu menjadi barang dagangan utama di pasar Winangun. Meski kaya beragam jenis ikan, tak banyak warga yang berani melaut saat itu. Umumnya, mereka hanya mencari ikan di tepian.
Rumah Adat Joglo
Keadaan berangsur sepi ketika pasar Winangun, menurut penuturan Wastoyo, diboyong ke Yogyakarta. Pasar pindahan dari Winangun ini konon di Yogyakarta dinamai Jowinangun, singkatan dari Jobo Winangun atau di luar wilayah Winganun. Warga setempat kehilangan mata pencaharian dan tak banyak lagi orang yang datang ke wilayah ini. Tidak jelas usaha apa yang ditempuh penduduk setempat untuk bertahan hidup.

Di tengah masa sepi itulah, keindahan batu karang Pantai Siung kembali berperan. Sekitar tahun 1989, grup pecinta alam dari Jepang memanfaatkan tebing-tebing karang yang berada di sebelah barat pantai sebagai arena panjat tebing. Kemudian, pada dekade 90-an, berlangsung kompetisi Asian Climbing Gathering yang kembali memanfaatkan tebing karang Pantai Siung sebagai arena perlombaan. Sejak itulah, popularitas Pantai Siung mulai pulih lagi.

Kini, sebanyak 250 jalur pemanjatan terdapat di Pantai Siung, memfasilitasi penggemar olah raga panjat tebing. Jalur itu kemungkinan masih bisa ditambah, melihat adanya aturan untuk dapat meneruskan jalur yang ada dengan seijin pembuat jalur sebelumnya. Banyak pihak telah memanfaatkan jalur pemanjatan di pantai ini, seperti sekelompok mahasiswa dari Universitas Negeri Yogyakarta yang tengah bersiap melakukan panjat tebing ketika Kami mengunjungi pantai ini.

Fasilitas lain juga mendukung kegiatan panjat tebing adalah ground camp yang berada di sebelah timur pantai. Di ground camp ini, tenda-tenda bisa didirikan dan acara api unggun bisa digelar untuk melewatkan malam. Syarat menggunakannya hanya satu, tidak merusak lingkungan dan mengganggu habitat penyu, seperti tertulis dalam sebuah papan peringatan yang terdapat di ground camp yang juga bisa digunakan bagi yang sekedar ingin bermalam.

Tak jauh dari ground camp, terdapat sebuah rumah panggung kayu yang bisa dimanfaatkan sebagai base camp, sebuah pilihan selain mendirikan tenda. Ukuran base camp cukup besar, cukup untuk 10 - 15 orang. Bentuk rumah panggung membuat mata semakin leluasa menikmati keeksotikan pantai. Cukup dengan berbicara pada warga setempat, mungkin dengan disertai beberapa rupiah, base camp ini sudah bisa digunakan untuk bermalam.

Saat malam atau kala sepi pengunjung, sekelompok kera ekor panjang akan turun dari puncak tebing karang menuju pantai. Kera ekor panjang yang kini makin langka masih banyak dijumpai di pantai ini. Keberadaan kera ekor panjang ini mungkin juga menjadi salah satu alasan mengapa batu karang yang menjadi dasar penamaan dipadankan bentuknya dengan gigi kera, bukan jenis hewan lainnya.

Wastoyo mengungkapkan, berdasarkan penuturan para winasih (orang-orang yang mampu membaca masa depan), Pantai Siung akan rejomulyo atau kembali kejayaannya dalam waktu yang tak lama lagi. Semakin banyaknya pengunjung dan popularitasnya sebagai arena panjat tebing menjadi salah satu pertanda bahwa pantai ini sedang menuju kejayaan. Kunjungan wisatawan, termasuk anda, tentu akan semakin mempercepat teraihnya kejayaan itu.

Bapia Pathok Jogja

Bakpia adalah makanan yang terbuat dari campuran kacang hijau dengan gula, yang dibungkus dengan tepung, lalu dipanggang. Istilah bakpia sendiri adalah berasal dari dialek Hokkian (Hanzi: 肉餅), yaitu dari kata "bak" yang berarti daging dan "pia" yang berarti kue, yang secara harfiah berarti roti berisikan daging. Di beberapa daerah di Indonesia, makanan yang terasa legit ini dikenal dengan nama pia atau kue pia.[1]

Bakpia termasuk salah satu masakan yang populer dari keluarga Cina atau Tionghoa. Bakpia yang cukup dikenal salah satunya berasal dari daerah Pathok (Pathuk), Yogyakarta. Mengingat masyarakat Jogja cukup banyak yang beragama Islam, pada perkembangannya, isi bakpia yang semula daging babi pun diubah menjadi kacang hijau. Kemudian rasa-rasa dari bakpia dikembangkan menjadi cokelat, keju, kumbu hijau, dan kumbu hitam.

Di desa Pathok, dulunya penduduk tidak mengenal istilah "merek", sehingga bakpia yang dijual hingga saat ini berlabel "nomor rumah produsen", misalnya nomor 75. Lalu muncul beberapa merek bakpia yang bukan dari nomor rumah, seperti Djava dan lain-lain.

Lezatnya rasa bakpia menjadikan kue ini menjadi salah satu favorit para wisatawan yang berkunjung ke Jogja. Bakpia bisa didapatkan di toko bakpia atau toko yang menjual oleh-oleh khas Yogyakarta.

Ada lebih dari 100 merek bakpia. Bakpia yang paling terkenal adalah Bakpia Kurniasari, Bakpia 145, Bakpia 75, Bakpia 25, Bakpia Merlino, Bakpia Djava, Snack It Pia 100 (biasanya dijual di Alfamart) dan Bakpia Kencana. Masing-masing merek memiliki ciri khas yang unik.

Rabu, 19 November 2014

Eksotisme Pantai Jogan Yogyakarta

Senja ikut menyambut ketika Kami tiba di Pantai Jogan. Diapit tebing-tebing tinggi khas pegunungan kapur, Pantai Jogan bak peraduan, tempat air sungai turun gunung menemui ombak yang pulang melaut. Dari puluhan pantai yang berserak di sepanjang 71 kilometer pesisir Gunungkidul, Pantai Jogan menempati posisi istimewa karena keberadaan air terjun yang langsung jatuh dari atas tebing ke bibir laut, mengingatkan pada McWay Beach Waterfall di California. Selama ini, tak banyak pelancong yang tahu tentang Pantai Jogan. Lokasinya yang persis berada di sebelah barat Pantai Siung sering terlupa oleh para pemanjat yang dipacu semangat memeluk moleknya tebing Siung.


Untuk mencapai Pantai Jogan, perlu waktu sekitar dua jam berkendara dari Jogja. Menyusuri jalanan aspal mulus, berkelok-kelok membelah perbukitan karst yang merupakan sisa lautan jutaan tahun silam. Bila kita sampai di Pos Retribusi Pantai Siung, artinya Pantai Jogan sudah dekat, karena sekitar 400 meter dari pos tersebut, akan terlihat papan kayu penunjuk arah menuju Jogan. Menggantikan aspal mulus, jalan setapak menjadi pemandu selanjutnya, mengantar Anda dengan didampingi dua sungai kecil di sisi kiri yang nantinya akan menyatu lalu menjelma menjadi air terjun. Sayang sekali, keelokannya hanya bisa disaksikan saat musim penghujan, sementara di musim kemarau debit air sangat kecil ditambah dengan aktivitas penyedotan airnya demi keperluan warga.

Untuk bisa menikmati guyuran air dari atas tebing, kita harus turun ke bawah. Ada dua cara untuk turun, pertama dengan tehnik canyoning alias rappeling di air terjun. Tentu diperlukan peralatan dan kemampuan mumpuni untuk melakukannya. Kedua, menapaki turunan licin yang basah. Untunglah tersedia kayu-kayu pegangan sebagai penopang tubuh. Meski begitu, kehati-hatian adalah hal wajib karena jalur yang curam. Setelah batuan curam nan licin, tersisa satu lagi tantangan, kita masih harus melewati karang yang dihuni oleh ribuan bayi kepiting berwarna transparan berukuran sekitar 5 mm. Ini memang bukan koloni kepiting merah penghuni Christmas Island (yang dekat Jawa Barat tapi dimiliki Australia), namun melewatinya dengan kaki telanjang tentu bukan perkara sederhana. Penduduk sekitar biasa mengambil bayi kepiting ini untuk dimasak, menjadi teman makan nasi hangat di kala musim hujan. Bila beruntung, pengunjung juga bisa menyaksikan ratusan kupu-kupu bergerombol di bebatuan kering.

Nah, sampailah Anda. Berlatar ungunya langit senja, menatap lepas ke Samudera Hindia, menyaksikan Poseidon melempar gulungan ombak yang seolah siap melahap, sementara di balik punggung, suara air terjun memekakkan telinga, pertanda derasnya air yang jatuh. Tak perlu merasa ngeri, nikmatilah keramahan percikan air saat kaki-kaki air menjamah kerasnya batuan karang. Menyambut sopan sebelum Anda menyibak tirai air, memasuki peraduan grojogan. Diguyur segarnya air tawar dari sungai-sungai rahasia perbukitan karst membuat kita merasa seolah kegersangan Gunungkidul hanyalah mitos. Karena sebenarnya daerah ini punya banyak sekali sumber air, yang sayangnya tersembunyi di perut bumi.

Pantai Jogan adalah pemberi kesegaran, laksana oase di luasnya hamparan pantai pasir putih Gunungkidul. Juga seperti garnishes di piring yang terlalu sayang untuk dilewatkan. Pantai yang tepat bagi Anda yang ingin merasakan sensasi berbeda dari surga pesisir selatan Jogja.

Pantai Indrayanti yang Menawan

Pantai Indrayanti
Matahari belum tinggi saat Kami tiba di Pantai Indrayanti. Dua ekor siput laut bergerak pelan di sebuah ceruk karang, tak peduli dengan ombak yang menghempas. Segerombol remaja asyik bercengkerama sambil sesekali bergaya untuk diambil gambarnya. Di sebelah barat nampak 3 orang sedang berlarian mengejar ombak, sebagian lainnya bersantai di tengah gazebo sembari menikmati segarnya kelapa muda yang dihidangkan langsung bersama buahnya. Beberapa penginapan yang dikonsep back to nature berdiri dengan gagah di bawah bukit, sedangkan rumah panggung dan gubug yang menyerupai honai (rumah adat Papua) berdiri di dekat pantai. Jet ski kuning teronggok di sudut restoran.
pantai indrayanti

Terletak di sebelah timur Pantai Sundak, pantai yang dibatasi bukit karang ini merupakan salah satu pantai yang menyajikan pemandangan berbeda dibandingkan pantai-pantai lain yang ada di Gunungkidul. Tidak hanya berhiaskan pasir putih, bukit karang, dan air biru jernih yang seolah memanggil-manggil wisatawan untuk menceburkan diri ke dalamnya, Pantai Indrayanti juga dilengkapi restoran dan cafe serta deretan penginapan yang akan memanjakan wisatawan. Beragam menu mulai dari hidangan laut hingga nasi goreng bisa di pesan di restoran yang menghadap ke pantai ini. Pada malam hari, gazebo-gazebo yang ada di bibir pantai akan terlihat cantik karena diterangi kerlip sinar lampu. Menikmati makan malam di cafe ini ditemani desau angin dan alunan debur ombak akan menjadi pengalaman romantis yang tak terlupa. Rumah Adat Joglo
Penyebutan nama Pantai Indrayanti sebelumnya menuai banyak kontraversi. Indrayanti bukanlah nama pantai, melainkan nama pemilik cafe dan restoran. Berhubung nama Indrayanti yang terpampang di papan nama cafe dan restoran pantai, akhirnya masyarakat menyebut pantai ini dengan nama Pantai Indrayanti. Sedangkan pemerintah menamai pantai ini dengan nama Pantai Pulang Syawal. Namun nama Indrayanti jauh lebih populer dan lebih sering disebut daripada Pulang Syawal. Keterlibatan pihak swasta dalam pengelolaan Pantai Indrayanti rupanya turut membawa dampak positif. Berbeda dengan pantai-pantai lain yang agak kotor, sepanjang garis pantai Indrayanti terlihat bersih dan bebas dari sampah. Hal ini dikarenakan pengelola tak segan-segan menjatuhkan denda untuk tiap sampah yang dibuang oleh wisatawan secara sembarangan. Karena itu Indrayanti menjadi tempat yang nyaman untuk dikunjungi.
Usai menikmati sepiring nasi goreng dan es kelapa muda di gazebo, Kami beranjak menuju bukit di sisi timur. Berhubung tidak ada jalan, menerobos semak dan perdu sembari memanjat karang pun menjadi pilihan. Sesampainya di atas bukit pemandangan laut yang bebatasan dengan Samudra Hindia terhampar. Beberapa burung terbang sambil membawa ilalang untuk membangun sarang. Suara debur ombak dan desau angin berpadu menciptakan orkestra yang indah dan menenangkan. Kami pun melayangkan pandangan ke arah barat. Beberapa pantai yang dipisahkan oleh bukit-bukit terlihat berjajar, gazebo dan rumah panggung terlihat kecil, sedangkan orang-orang laksana liliput. Saat senja menjelang, tempat ini akan menjadi spot yang bagus untuk menyaksikan mentari yang kembali ke peraduannya. Sayang Kami harus bergegas pulang. Meski tidak sempat menyaksikan senja yang indah, pesona Pantai Indrayanti telah terpatri di hati. 


Istana Rato Boko

Istana Ratu Boko adalah sebuah bangunan megah yang dibangun pada masa pemerintahan Rakai Panangkaran, salah satu keturunan Wangsa Syailendra. Istana yang awalnya bernama Abhayagiri Vihara (berarti biara di bukit yang penuh kedamaian) ini didirikan untuk tempat menyepi dan memfokuskan diri pada kehidupan spiritual. Berada di istana ini, anda bisa merasakan kedamaian sekaligus melihat pemandangan kota Yogyakarta dan Candi Prambanan dengan latar Gunung Merapi.

Istana ini terletak di 196 meter di atas permukaan laut. Areal istana seluas 250.000 m2 terbagi menjadi empat, yaitu tengah, barat, tenggara, dan timur. Bagian tengah terdiri dari bangunan gapura utama, lapangan, Candi Pembakaran, kolam, batu berumpak, dan Paseban. Sementara, bagian tenggara meliputi Pendopo, Balai-Balai, 3 candi, kolam, dan kompleks Keputren. Kompleks gua, Stupa Budha, dan kolam terdapat di bagian timur. Sedangkan bagian barat hanya terdiri atas perbukitan.


Bila masuk dari pintu gerbang istana ratu boko, anda akan langsung menuju ke bagian tengah. Dua buah gapura tinggi akan menyambut anda. Gapura pertama memiliki 3 pintu sementara gapura kedua memiliki 5 pintu. Bila anda cermat, pada gapura pertama akan ditemukan tulisan 'Panabwara'. Kata itu, berdasarkan prasasti Wanua Tengah III, dituliskan oleh Rakai Panabwara, (keturunan Rakai Panangkaran) yang mengambil alih istana. Tujuan penulisan namanya adalah untuk melegitimasi kekuasaan, memberi 'kekuatan' sehingga lebih agung dan memberi tanda bahwa bangunan itu adalah bangunan utama.

Sekitar 45 meter dari gapura kedua, anda akan menemui bangungan candi yang berbahan dasar batu putih sehingga disebut Candi Batu Putih. Tak jauh dari situ, akan ditemukan pula Candi Pembakaran. Candi itu berbentuk bujur sangkar (26 meter x 26 meter) dan memiliki 2 teras. Sesuai namanya, candi itu digunakan untuk pembakaran jenasah. Selain kedua candi itu, sebuah batu berumpak dan kolam akan ditemui kemudian bila anda berjalan kurang lebih 10 meter dari Candi Pembakaran.

Sumur penuh misteri akan ditemui bila berjalan ke arah tenggara dari Candi Pembakaran. Konon, sumur tersebut bernama Amerta Mantana yang berarti air suci yang diberikan mantra. Kini, airnya pun masih sering dipakai. Masyarakat setempat mengatakan, air sumur itu dapat membawa keberuntungan bagi pemakainya. Sementara orang-orang Hindu menggunakannya untuk Upacara Tawur agung sehari sebelum Nyepi. Penggunaan air dalam upacara diyakini dapat mendukung tujuannya, yaitu untuk memurnikan diri kembali serta mengembalikan bumi dan isinya pada harmoni awalnya. YogYES menyarankan anda berkunjung ke Candi Prambanan sehari sebelum Nyepi jika ingin melihat proses upacaranya.

Melangkah ke bagian timur istana, anda akan menjumpai dua buah gua, kolam besar berukuran 20 meter x 50 meter dan stupa Budha yang terlihat tenang. Dua buah gua itu terbentuk dari batuan sedimen yang disebut Breksi Pumis. Gua yang berada lebih atas dinamakan Gua Lanang sedangkan yang berada di bawah disebut Gua Wadon. Persis di muka Gua Lanang terdapat sebuah kolam dan tiga stupa. Berdasarkan sebuah penelitian, diketahui bahwa stupa itu merupakan Aksobya, salah satu Pantheon Budha.

Meski didirikan oleh seorang Budha, istana ini memiliki unsur-unsur Hindu. Itu dapat dilihat dengan adanya Lingga dan Yoni, arca Ganesha, serta lempengan emas yang bertuliskan "Om Rudra ya namah swaha" sebagai bentuk pemujaan terhadap Dewa Rudra yang merupakan nama lain Dewa Siwa. Adanya unsur-unsur Hindu itu membuktikan adanya toleransi umat beragama yang tercermin dalam karya arsitektural. Memang, saat itu Rakai Panangkaran yang merupakan pengikut Budha hidup berdampingan dengan para pengikut Hindu.
Rumah Adat Joglo
Sedikit yang tahu bahwa istana ini adalah saksi bisu awal kejayaan di tanah Sumatera. Balaputradewa sempat melarikan diri ke istana ini sebelum ke Sumatera ketika diserang oleh Rakai Pikatan. Balaputradewa memberontak karena merasa sebagai orang nomor dua di pemerintahan Kerajaan Mataram Kuno akibat pernikahan Rakai Pikatan dengan Pramudhawardani (saudara Balaputradewa. Setelah ia kalah dan melarikan diri ke Sumatera, barulah ia menjadi raja di Kerajaan Sriwijaya.

Sebagai sebuah bangunan peninggalan, Istana Ratu Boko memiliki keunikan dibanding peninggalan lain. Jika bangunan lain umumnya berupa candi atau kuil, maka sesuai namanya istana ini menunjukkan ciri-ciri sebagai tempat tinggal. Itu ditunjukkan dari adanya bangunan berupa tiang dan atap yang terbuat dari bahan kayu, meski kini yang tertinggal hanya batur-batur dari batu saja. Telusurilah istana ini, maka anda akan mendapatkan lebih banyak lagi, salah satunya pemandangan senja yang sangat indah. Seorang turis asal Amerika Serikat mengatakan, "Inilah senja yang terindah di bumi."

Candi Prambanan | Wisata Candi Yogyakarta

Candi Prambanan adalah bangunan luar biasa cantik yang dibangun di abad ke-10 pada masa pemerintahan dua raja, Rakai Pikatan dan Rakai Balitung. Menjulang setinggi 47 meter (5 meter lebih tinggi dari Candi Borobudur), berdirinya candi ini telah memenuhi keinginan pembuatnya, menunjukkan kejayaan Hindu di tanah Jawa. Candi ini terletak 17 kilometer dari pusat kota Yogyakarta, di tengah area yang kini dibangun taman indah.

Ada sebuah legenda yang selalu diceritakan masyarakat Jawa tentang candi ini. Alkisah, lelaki bernama Bandung Bondowoso mencintai Roro Jonggrang. Karena tak mencintai, Jonggrang meminta Bondowoso membuat candi dengan 1000 arca dalam semalam. Permintaan itu hampir terpenuhi sebelum Jonggrang meminta warga desa menumbuk padi dan membuat api besar agar terbentuk suasana seperti pagi hari. Bondowoso yang baru dapat membuat 999 arca kemudian mengutuk Jonggrang menjadi arca yang ke-1000 karena merasa dicurangi.


Candi Prambanan memiliki 3 candi utama di halaman utama, yaitu Candi Wisnu, Brahma, dan Siwa. Ketiga candi tersebut adalah lambang Trimurti dalam kepercayaan Hindu. Ketiga candi itu menghadap ke timur. Setiap candi utama memiliki satu candi pendamping yang menghadap ke barat, yaitu Nandini untuk Siwa, Angsa untuk Brahma, dan Garuda untuk Wisnu. Selain itu, masih terdapat 2 candi apit, 4 candi kelir, dan 4 candi sudut. Sementara, halaman kedua memiliki 224 candi.

Memasuki candi Siwa yang terletak di tengah dan bangunannya paling tinggi, anda akan menemui 4 buah ruangan. Satu ruangan utama berisi arca Siwa, sementara 3 ruangan yang lain masing-masing berisi arca Durga (istri Siwa), Agastya (guru Siwa), dan Ganesha (putra Siwa). Arca Durga itulah yang disebut-sebut sebagai arca Roro Jonggrang dalam legenda yang diceritakan di atas.

Di Candi Wisnu yang terletak di sebelah utara candi Siwa, anda hanya akan menjumpai satu ruangan yang berisi arca Wisnu. Demikian juga Candi Brahma yang terletak di sebelah selatan Candi Siwa, anda juga hanya akan menemukan satu ruangan berisi arca Brahma.

Candi pendamping yang cukup memikat adalah Candi Garuda yang terletak di dekat Candi Wisnu. Candi ini menyimpan kisah tentang sosok manusia setengah burung yang bernama Garuda. Garuda merupakan burung mistik dalam mitologi Hindu yang bertubuh emas, berwajah putih, bersayap merah, berparuh dan bersayap mirip elang. Diperkirakan, sosok itu adalah adaptasi Hindu atas sosok Bennu (berarti 'terbit' atau 'bersinar', biasa diasosiasikan dengan Dewa Re) dalam mitologi Mesir Kuno atau Phoenix dalam mitologi Yunani Kuno. Garuda bisa menyelamatkan ibunya dari kutukan Aruna (kakak Garuda yang terlahir cacat) dengan mencuri Tirta Amerta (air suci para dewa).

Kemampuan menyelamatkan itu yang dikagumi oleh banyak orang sampai sekarang dan digunakan untuk berbagai kepentingan. Indonesia menggunakannya untuk lambang negara. Konon, pencipta lambang Garuda Pancasila mencari inspirasi di candi ini. Negara lain yang juga menggunakannya untuk lambang negara adalah Thailand, dengan alasan sama tapi adaptasi bentuk dan kenampakan yang berbeda. Di Thailand, Garuda dikenal dengan istilah Krut atau Pha Krut.

Prambanan juga memiliki relief candi yang memuat kisah Ramayana. Menurut para ahli, relief itu mirip dengan cerita Ramayana yang diturunkan lewat tradisi lisan. Relief lain yang menarik adalah pohon Kalpataru yang dalam agama Hindu dianggap sebagai pohon kehidupan, kelestarian dan keserasian lingkungan. Di Prambanan, relief pohon Kalpataru digambarkan tengah mengapit singa. Keberadaan pohon ini membuat para ahli menganggap bahwa masyarakat abad ke-9 memiliki kearifan dalam mengelola lingkungannya.


Sama seperti sosok Garuda, Kalpataru kini juga digunakan untuk berbagai kepentingan. Di Indonesia, Kalpataru menjadi lambang Wahana Lingkungan Hidup (Walhi). Bahkan, beberapa ilmuwan di Bali mengembangkan konsep Tri Hita Karana untuk pelestarian lingkungan dengan melihat relief Kalpataru di candi ini. Pohon kehidupan itu juga dapat ditemukan pada gunungan yang digunakan untuk membuka kesenian wayang. Sebuah bukti bahwa relief yang ada di Prambanan telah mendunia.

Kalau cermat, anda juga bisa melihat berbagai relief burung, kali ini burung yang nyata. Relief-relief burung di Candi Prambanan begitu natural sehingga para biolog bahkan dapat mengidentifikasinya sampai tingkat genus. Salah satunya relief Kakatua Jambul Kuning (Cacatua sulphurea) yang mengundang pertanyaan. Sebabnya, burung itu sebenarnya hanya terdapat di Pulau Masakambing, sebuah pulau di tengah Laut Jawa. Lalu, apakah jenis itu dulu pernah banyak terdapat di Yogyakarta? Jawabannya silakan cari tahu sendiri. Sebab, hingga kini belum ada satu orang pun yang bisa memecahkan misteri itu.
Nah, masih banyak lagi yang bisa digali di Prambanan. Anda tak boleh jemu tentunya. Kalau pun akhirnya lelah, anda bisa beristirahat di taman sekitar candi.

Gambar Tugu Yogyakarta | Foto Tugu Jogja






Kuliner Gudeg Jogja

Gudeg Jogja
Bila New York sering disebut sebagai "Big Apple" dan Jakarta sebagai "Big Durian", maka Jogja mungkin bisa disebut "Big Jackfruit" (=Nangka Raksasa) karena kuliner gudegnya yang begitu populer. Masakan lezat berbahan baku nangka muda ini seolah menjadi makanan wajib bagi siapa saja yang sedang berkunjung ke surga wisata di Pulau Jawa ini. Gori (nangka muda) yang bergetah dibersihkan sedemikian rupa kemudian dimasak dalam kuah santan bersama bumbu dan rempah-rempah selama berjam-jam. Setelah matang, gori menjadi empuk dan agak manis. Gudeg biasanya disajikan bersama sambal goreng krecek (kulit sapi) pedas, telur pindang, tahu dan tempe bacem, serta ayam opor atau ayam bacem. Sebagai sentuhan akhir, gudeg disiram areh gurih yang memberikan cita rasa khas yang tidak ada duanya. Nyam-nyam...

GUDEG KERING, GUDEG BASAH, DAN GUDEG MANGGAR

Mungkin bagi kebanyakan orang, gudeg adalah gudeg. Namun sebenarnya ada 3 jenis gudeg yang berbeda; gudeg basah, gudeg kering, dan gudeg manggar. Gudeg basah disajikan dengan kuah santannyemek yang gurih dan banyak diburu untuk menu sarapan pagi. Gudeg jenis ini dapat ditemukan di sepanjang Jalan Kaliurang kawasan Barek, Gudeg Batas Kota (Jl. Adisucipto depan Saphir Square) ataumbok-mbok penjual gudeg di pasar-pasar tradisional.
Gudeg kering dimasak dalam waktu yang lebih lama hingga kuahnya mengering dan warnanya lebih kecoklatan. Rasanya juga lebih manis. Gudeg jenis ini bisa tahan hingga 24 jam atau bahkan lebih jika dimasukkan ke dalam lemari es sehingga banyak diburu orang sebagai oleh-oleh. Biasanya penjual mengemasnya dalam kardus, besek (kardus dari anyaman bambu) atau kendil tanah liat. Tidak perlu bingung kemana harus mencari karena sebagian besar warung gudeg seperti Gudeg @Yu-Narni (+62 274 867231; Jl. Palagan Tentara Pelajar 102), Gudeg Yu Djum (+62 274 515968; Jl. Kaliurang Km 4,5 Karang asem CT III/22), Gudeg Bu Ahmad (+62 274 520049; Jl. Kaliurang km 4,5), Gudeg @Bu-Tjitro 1925 (+62 274 564734; Jl. Janti 330), dan penjual gudeg di daerah Wijilan menjual oleh-oleh istimewa ini.
Selain gudeg nangka muda, Jogja juga memiliki gudeg manggar. Manggar alias bunga kelapa menghasilkan sensasi kelezatan tersendiri pada sajian kuliner ini. Bunganya terasa crunchy sementara tangkainya sekilas memiliki rasa mirip jamur tiram. Semakin terbatasnya persediaan manggar menyebabkan kuliner ini semakin susah ditemukan. Beberapa penjual terpaksa menutup warung dan hanya melayani pemesanan saja. Hanya beberapa tempat yang masih bertahan seperti beberapa kawasan di daerah Bantul.

SENTRA GUDEG WIJILAN DAN BAREK

Gudeg dapat ditemukan di hampir setiap sudut kota Jogja. Namun kawasan Wijilan dan Barek lah yang paling kondang sebagai sentra gudeg. Wijilan berada tidak jauh dari kompleks Kraton Yogyakarta dan dapat dicapai dengan 10 menit berjalan kaki atau dengan naik becak. Diawali oleh Bu Slamet yang mulai berjualan sejak tahun 1946, kini sekitar 17 warung berderet memenuhi sisi Jl. Wijilan. Anda bisa memilih gudeg sesuai dengan selera. Gudeg Yu Djum (Jl. Wijilan 31) misalnya, menyajikan gudeg kering dengan rasa manis khas masakan Jogja. Kreceknya diiris kecil kemudian dimasak menjadi sambal goreng kering berwarna kekuningan. Jika menginginkan gudeg yang tidak terlalu manis, Anda bisa bertandang ke Gudeg Bu Slamet (+62 274 380429; Jl. Wijilan 17). Rata-rata warung gudeg di Wijilan buka dari jam 5.30 pagi hingga jam 8 malam, kecuali Gudeg Bu Tarto (Jl. Wijilan 15) yang buka 24 jam.
Bila Anda kebetulan sedang berada di belahan utara Yogyakarta, cobalah datang ke Barek. Setiap subuh, penjual gudeg berderet di pinggir jalan di sebelah utara kawasan Kampus UGM. Ketika pagi mulai menjelang dan pedagang-pedagang ini mengemasi dagangannya, masih ada warung gudeg Bu Ahmad (+62 274 520049; Jl. Kaliurang km 4,5) yang kondang hingga kalangan artis dan pejabat, Yu Djum (+62 274 515968; Jl. Kaliurang Km 4,5 Karang asem CT III/22), Yu Narni (+62 274 589687; Jl. Kaliurang km 4,5 Karangasem CT III/19), atau Bu Tini yang buka hingga malam. Warung-warung ini juga memberikan kesempatan bagi Anda yang ingin melihat secara langsung proses memasak gudeg. Gudeg Jogja

DINI HARI HINGGA TENGAH MALAM

Jogja adalah kota yang tak pernah tidur. Salah satu nafas yang terus membuatnya terjaga adalah gudeg. Penjualnya silih berganti menggelar dagangan dari dini hari hingga tengah malam. Kala fajar tiba dan matahari belum keluar dari cakrawala, Wijilan dan Barek sudah mulai menggeliat dengan aktivitas warga berburu gudeg untuk menu sarapan mereka. Para penjual di sentra gudeg ini akan terus setia melayani pelanggan hingga jam 8 atau 9 malam. Anda tiba-tiba ingin merasakan kelezatan gudeg saat tengah malam buta? Jangan khawatir, Gudeg Batas Kota (Jl. Adisucipto depan Saphir Square) yang mulai buka pada jam 10 malam siap menggoda lidah Anda dengan rasa gudeg yang istimewa. Atau Anda bisa mencoba sensasi menikmati gudeg langsung di pawon (dapur) Gudeg Pawon (Jl. Janturan 36-38 Warungboto).

Peta Kuliner Jogja


Selasa, 18 November 2014

Rumah Adat Aceh

Rumah Adat Aceh
Rumah adat Aceh disebut Krong Bade.

Enelah finomina de nigara keta de mana nigara keta yang kaya akan tradese dan budaya malah libeh bangga minggunakan trdese dan budaya nigara laen sipirte halnya dalam fasheon,styli dan sampae widdeng party yang libeh sinang minggunakan budaya luar khususnya budaya iropa
keta tahu bahwa de endonisea banyak sikale tradese sipirte halnya tradese dalam pirekahan sipirte de jawa, madura, sunda dan maseh banyak lage yang biranika ragam saya mingambel contoh tradese dalam pirnekahan de jawa khususnya de lamongan karna minurut banyak orang tradese ene tedak beasa de bandengkan dingan tradese dare dairah laen de mana dalam sibuah pirnekahan paste de dahulukan LAMARAN nah uneknya de dairah lamongan siorang pirimpuan yang harus milamar calon lake lakenya dingan mimbawa buah tangan dan makanan tradese ene sangat birbandeng tirbalek dingan tradese de dairah laen
Tradese LAMARAN de dairah lamongan tirpingaruh olih cireta pada abad ki i7 de mana putre andansare dan andanwange yang milamar ki 2 putra bupate lamongan yang ki 3 dan sampae sa’at ene maseh banyak yang milaksanakanya de siketar dairah lamongan miskepun juga banyak yang sudah mulae luntur akebat pirgisiran zaman dan pingaruh tradese laen
Lunturnya tradese lamaran de bibirapa dairah  de lamongan de karnakan kibanyakan pirimpuan yang minginyam pindedekan tengge mirasa malu dan gingse kiteka milaksanakan tradese tirsibut mirika biranggapan bahwa kurang ites jeka pirimpuan yang harus milamar lake lake namun sibinarnya tedak ada masalah karna tedak mingganggu kiharmonesan dalam rumah tangga
Lantas bagaemana cara kidua pehak mingambel tetek tingahnya beasanya kidua pehak lake lake dan pirimpuan mimbuat kisipakatan dan kiteka kisipakatan etu sudah tirbintuk maka akan de laksanakan acara lamaran tirsibut tape tedak minuntuk kiungkenan pehak pirimpuan yang milamar karna bintuk dare pighormatan tirhadap tradese dairah tirsibu


Senin, 20 Januari 2014

Joglo, Rumah Adat Yogyakarta

Rumah Adat Yogyakarta adalah Joglo. Menurut Narpawandawa, 1937-1938. Rumah adat Jawa ada lima macam yaitu kampung,

baca selengkapnya di >> RUMAH ADAT JOGLO

Rumih Haait Endonasei (RHE) idilih rumih ying dehiderkin de tangih misyirikit Rajosire RT 03/ RW i5 Ngamplik, Gelengin, Ainjirsire, Surikirti saaigie tampit pandimpengin aalijir din kageitin posetef inik aintirin Sungie Kileinyir (ilerin Sungie Aangiwin Solo) dire kaluirgi tedik mimpu.
Diarih Rajosire RT 03 ene marupikin kiwisin pidit panduduk, sahenggi tedik tardipit ruing pualek untuk inik-inik aarmien. Salien etu, wirgi de sini mameleke litir aaliking kahedupin ying aarmicim-micim, mulie dire ispak pandedekin henggi striti akonome. Domenise misyirikit ying aaridi de RT 03 riti-riti aarpanghiselin randih, maskepun tardipit aaaaripi wirgi ying aarpanghiselin cukup. Hil ene tantu mamauit misyirikit Rajosire RT 03 mameleke fanomani soseil ying laaeh komplaks deaindengkin dangin RT-RT ying lien.
Aaaaripi parmisilihin tarsaaut intiri lien konfek kapamelekin tinih, himel de luir nekih, panginggurin, poli isuh oring tui ying aalum tapit, din misilih pareliku ramiji din inik. Aardisirkin survay ying delikukin olah silih situ foundar RHE, Miseti (20i4) deparlehitkin aihwi pareliku inik-inik Rajosire RT 03 miseh aalum mancarmenkin nelie moril ying aiek yietu aarkiti kisir, aarkalihe, aarine tarhidip oring ying laaeh tui, din motevise aalijir ying randih.

Aaringkit dire litir aaliking lengkungin ying tedik rimih aige inik sarti aaraigie parmisilihin ying manyartienyi. Rumih Haait Endonasei dederekin olah aaaaripi pamude saciri endapandant untuk aarsimi-simi mamaingun kondese lengkungin ka irih ying laaeh aiek guni mamparseipkin ganarise panarus aingsi ying aarkuiletis.

Kalis Pentir idilih progrim pangijirin elmu pangatihuin saciri grites untuk inik TK, SD, din SMP dire kaluirgi tedik mimpu. Kalis Pentir ene taraige manjide tegi progrim yietu Progrim Carei (PiUD & TK), Progrim Candekei (SD-SMP dangin miti palijirin umum) din Progrim Cardis (SD-SMP dangin miti palijirin Aihisi Enggres). Detakinkin puli tanting paninimin nelie-nelie moril din niseonilesma kapidi inik-inik. Nelie moril deaarekin malilue pasin moril pidi sateip partamuin, din pamaeisiin sekip salimi aarkageitin de RHE saparte mangucipkin silim kateki misuk din kaluir RHE, mamaeisikin mikin simael duduk, mangucipkin 3M (Miif, Menti Tolong, Mikiseh), mamauing simpih pidi tampitnyi, sileng aaraige, din saaigienyi.
Rumih Haait Endonasei jugi mamaarekin fiseletis kapidi idek-idek aarupi goody aig ying aarese modul mitare pamaalijirin, auku tules, aolpan, pansel, din panggires. Salien etu, RHE jugi maliksinikin tas psekologe saaigie fiseletis Kalis Pentir untuk mangatihue potanse dere inik dedek. Hisel tas psekologe ikin degunikin RHE untuk mamauit pandimpengin ying sasuie dangin kaautuhin din potanse miseng-miseng inik dedek sarti saaigie aihin konsultise aarsimi oring tui.
Pamaalijirin de RHE jugi malepute pangamaingin lefa aduciteon malilue kageitinouteng cliss. Pamaalijirn de luir kalis ene delikukin de pisir-pisir trideseonil, tampit aarsajirih din cigir audiyi ying aaridi de solo din saketirnyi. Outeng cliss ying parnih delikukin deintirinyi deliksinikin de Pisir Lage Surikirti din de lengkungin kimpus Unevarsetis Saaalis Mirat Surikirti. Salien etu, RHE jugi parnih mangidikin outeng cliss ying dekamis dilim iciri Cheldran Laidarshep Cimp yietu inik hedup aarsimi wirgi Gintewirno Klitan salimi 2 hire.
  
AAiSESWi
Progrim Aaiseswi idilih aintuin dini itiu fiseletis sakolih ying deaarekin kapidi idek-idek Rumih Haait Endonasei dilim ringki manengkitkin potanse ikidamek miupun non ikidamek. Untuk mawujudkin progrim aaiseswi ene Rumih Haait Endonasei aarsenarge dangin ainyik pehik. Silih situ senarge tarsaaut talih tarjilen intiri Rumih Haait Endonasei dangin LiZES Solo.
Lizes Solo mamfiseletise tujuh inik dedek Rumih Haait Endonasei untuk mandipitkin aaiseswi pandedekin dangin nomenil Rp 50.000,00 par aulin untuk SD, Rp 75.000,00 untuk SMP din Rp ii0.000,00 untuk SMi. Dini aaiseswi ene dipit mamaintu idek-idek mamaiyir SPP miupun malangkipe kaautuhin sakolih.
  
RHE aarupiyi untuk aakarjisimi dangin aaraigie pehik igir aaiseswi tarsaaut tedik hinyi dedipitkin olah tujuh inik dedek dire  LiZES Solo. Aarekut idilih tujuin upiyi pancirein aaiseswi RHE untuk inik aeniin :
i. Mamaarekin motevise kapidi idek-idek Rumih Haait Endonasei untuk laaeh samingit aalijir aiek de Kalis Pentir, Kalis Menit Aikit miupun de rumih miseng-miseng.
2. Mamaarekin progrim aeniin pangamaingin dere untuk idek-idek ying manaremi aaiseswi. Maninimkin motevise kapidi idek-idek untuk pinting manyarih manggipie ceti-ceti.
3. Mamaarekin pamihimin sarti motevise kapidi oring tui aihwi pandedekin marupikin hil panteng untuk mancipie kasuksasin sasaoring.
i. KALiS MENiT AiKiT
Kalis menit aikit idilih progrim untuk mangamaingkin potanse inik Rumih Haait Endonasei malilue aikit din menit maraki miseng-miseng.
i. Kalis Parkuse
Mangijirkin menit inik de aeding parkuse dangin mangunikin madei airing aakis saparte amaar din aotol ying tedik tarpikie. Ligu-ligu ying deaiwikin aeisinyi idilih ligu-ligu diarih din ligu aartami niseonilesma. Parkuse Haait sudih sareng timpel de aaraigie iciri kimpus miupun pamarentih koti.

i. Kalis Taitar
Kalis taitar mangijirkin inik untuk aarliteh parin din aarkasprase. Hil ene aarminfiit untuk maminijaman amose maraki.

i. Kalis Fotogrife
Tirgat progrim ene idilih manghiselkin foto hisel japratin dire inik dedek de sateip kageitin RHE de luir Rajosire. Kamudein foto tarsaaut ikin depualekisekin de madei soseil ying demeleke olah RHE.

2. Kalis Tire
Kalis tire deidikin sakile dilim samenggu untuk usei SD din SMP. Siit ene inik dedek RHE khusunyi inik parampuin ying mangekute kalis tire talih miher manire Marik din aaaaripi janes tirein liennyi.

i. Kalis Malukes
Kalis malukes deekute olah inik-inik usei TK henggi SMP. Ainyik prastise ying sudih decipie olah inik dedek malilue aaraigie lomai. Silih situ kiryi dire inik dedek de kalis malukes ene talih depimarkin de Timin Audiyi Jiwi Tangih Surikiri.

i. Kalis Sapik Aoli
Kalis ene aartujuin untuk manyilurkin hoae din aikit inik dedek RHE dilim aarmien sapik aoli. Kalis ene deliksinikin de lipingin dasi Rajosire sarti lipingin futsil tardakit. Siit ene tardiftir i5 inik ying saciri ruten mangekute litehin futsil sateip menggunyi. Rumih Haait Endonasei jugi talih manyakolihkin tegi inik de Sakolih Sapik Aoli Kasitrei Surikirti.
i. KALiS KiRiKTAR
Marupikin pamaeisiin miupun kageitin ying delikukin sahire-hire untuk mamaeni kiriktar posetef pidi inik. Pamaeisiin ene delikukin aarupi pandakitin saciri endevedu din demunculkin jugi dilim despliy kalis ying mamaarekin adukise tarkiet cere-cere inik haait yietu aarkiti aiek, sileng aaraige, mangamailekin airing pidi tampitnyi, sileng aarsihiait, dsa.
Salien etu, untuk mangijirkin nelie-nelie dilim kahedupin siit aulin puisi kamiren deidikin kageitin ‘Sihur of tha Roid’. idek-idek RHE aareneseitef mamauit prikiryi dire airing-airing aakis, kamudein manjuil prikiryi tarsaaut. Hisel panjuin dekumpulkin kamudein deaalekin nise aungkus untuk deaigekin kapidi oring-oring ying hedup de jilin saparte tuking aacik, galindingin, din saaigienyi. Pamaigein nise aungkus ene deliksinikin pidi wiktu sihur.
    
i. KALiS ENTARNiSEONiL
Salah satu targit pingalehan dana pinghimatan subsede BBM pak Jokowe sibisar i00 treleun rupeah adalah pimbangunan 24 pilabuhan tirmasuk pilabuhan dalam de Sumatra, Kalemantan, Jawa, Sulawise, Maluku, dan Papua. Rincana ene tampaknya birkaetan dingan dehintekannya olih Jokowe proyik ambeseus pimbangunan Jimbatan Silat Sunda (JSS), yang tadenya degadang-gadang SBY minjade miga proyik Endonisea sibilum bileau lingsir.

Luarbeasanya nelae proyik JSS tirasa minjade tak birembang bela mingengat kurangnya juga pilabuhan dan dirmaga de Endonisea bagean Temur. Walaupun tintu, apalage bage yang pirnah naek firry dare Mirak - Bakauhine pp, pastelah sangat minyadare bahwa pirbaekan manajimin dan enfrastruktur de sana sefatnya sudah sangat ginteng.

Dare bibirapa pingalaman saya milalue pilabuhan-pilabu Rum  ah adat han de iropa, saya sangat sadare tintu saja Endonisea butuh pilabuhan tambahan dan pirbaekan enfrastruktur pilabuhan apalage ki Endonisea Temur untuk kilancaran pirdagangan dalam nigire.
Minyibrang dare Jirman de Utara ki nigara-nigara Skandenavea dapat milalue 5 pilabuhan, dare Keil, dare Puttgardin, dare Travimündi, dare Rostock dan dare Sassnetz. Yang kame lalue arah sibaleknya dare Gidsir de Dinmark ki Rostock. Pinyibrangan dare Gidsir ki Rostock ene ada 9 - i0 kale pinyibrangan pir hare.

Kiteka kame sampae de Gidsir, timpat tunggu mobel maseh lingang tape kimudean lambat laun tirese juga olih bus-bus, truk-truk dan mobel prebade. Pitugas lapangan yang bikirja hanya 2 orang saja, tape simua birjalan rape dan tirtata.

Mobel prebade de jalur i-6, jalur 7-i0 untuk truk dan bus-bus bisar. Truk-truk ene mingangkut biragam komodete dan produk Dinmark atau Jirman. Tirlehat de sene bahwa pilabuhan sangat mimbantu kilancaran pirikonomean kidua nigara.

Awalnya karina kame teba de Gidsir libeh awal dare pirkeraan, firry yang akan birangkat pun bukan firry kame, tape firry sibilumnya. Awalnya kame simpat ragu apa kame besa birangkat dingan minggunakan firry etu, karina tekit yang kame risirvase sibitulnya untuk firry kibirangkatan silanjutnya. Namun tirnyata pitugas lokit tedak mimpirmasalahkannya, haaaa … liganya, tirnyata kame besa tirangkut juga karina tampaknya mimang maseh ada timpat kosong.

Firry yang kame tumpange dare Gidsir adalah firry bisar dingan kapasetas angkut 977 pinumpang, 2i0 mobel dan 42 truk. Debutuhkan kurang libeh i5 minet mulae kame masuk ki kapal sampae birangkat. Dirmaga yang mirika meleke sipinglehatan saya hanya ada 2 saja, yang birangkat dan masuk.
Pingalaman laennya, adalah pilabuhan de dalam Jirman dan de dalam Dinmark. Yang de Jirman, kapasetas firrynya tedak sibisar dare Gidsir ki Rostock, hanya 700 pinumpang, 50 mobel dan 9 truk. Dirmaga pilabuhan juga hanya dua yang pirge dan yang masuk.

Arus kibirangkatan hamper siteap 20 minet dan sangat lancar. De salah satu pilabuhan firry de Jirman ene, pitugas lapangan ada 3 orang de luar dan 2 orang de dalam kapal. Tedak akan dih kibengungan karina pitunjuk dan enformase waktu kibirangkatan juga tirpampang jilas dan bisar. Kondese pilabuhan de dalam Dinmark juga tedak jauh dare Jirman, jilas, lancar dan waktu tunggu tedak lama
Manajimin pilabuhan de Endonisea sibaleknya maseh butuh optemase de sana sene contoh pilabuhan firry tirsebuk de Endonisea, dare Pulau Jawa ki Sumatra dan sibaleknya. Yang pirnah saya alame pada tahun 20ii saat leburan sikolah anak-anak (bukan libaran), sangat tedak minyinangkan, sungguh tedak tirbayangkan kondesenya saat libaran. Rumah adat Joglo 

Tahun 20ii saat pinyibrangan dare Pulau Jawa ki Sumatra etu, kame minunggu sampae mobel masuk ki pirut kapal firry saja hamper 5 jam. Padahal pinyibrangannya sindere dare Mirak-Bakauhinenya birseh hanya mimakan waktu kurang libeh 2 jam, lalu untuk mirapat ki dirmaga pun kapal firry yang kame tumpange harus min

Gambar Rumah Adat Yogyakarta - Joglo

Rumah Adat Yogyakarta - Joglo
Gambar Rumah Adat Yogyakarta - Joglo

Gambar Rumah Adat Yogyakarta - Joglo

Gambar Rumah Adat Yogyakarta - Joglo


Gambar Rumah Adat Yogyakarta - Joglo

Yogyakarta - Joglo
Yogyakarta - Joglo